Jumat, 18 Mei 2012

Blackberry Indonesia Terganjal Masalah


Menggelembungnya jumlah pengguna Blackberry di tanah air memang tak pernah disangka sebelumnya oleh pihak Research in Motion (RIM) selaku produsen. Bahkan, Indonesia akhirnya menjadi salah satu Negara yang memberikan konstribusi besar terhadap pertumbuhan Blackberry. Sayang, dalam perjalanannya Blackberry selalu diterpa masalah.

Beberapa tahun silam, pihak RIM sempat mendapat kecaman dari berbagai pihak karena tidak ada gerai purna jual yang dikelola oleh RIM satu pun di tanah air. Tak heran, pemerintah pun sempat mengultimatum RIM dengan menutup keran impor Blackberry ke tanah ait.
Namun akhirnya, RIM tetap diizinkan memasok Blackberry ke Indonesia karena dianggap mempunyai itikad baik membangun purna jual di Indonesia. Tapi keberadaan RIM dan Blackberry di Indonesia terus menuai kritikan. Pasalnya, kemitmen vendor asal Kanada terhadap pengguna Blackberry di tanah air dinilai mengecewakan.
Sekedar catatan saja, Blackberry masih menjadi smartphone yang cukup populer di negeri ini. Apalagi pengguna Blackberry di Indonesia termasuk yang terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia memiliki basis pengguna Blackberry terbesar di wilayah Asia Tenggara. Lebih dari 3 juta pelanggan layanan Blackberry berasal dari negeri ini. Seharusnya RIM bersikap lebih bijaksana dan komitmen terhadap aturan.
Beberapa kali RIM sempat terganjal beberapa masalah di Indonesia. Tengok saja masalah layanan purna jual disekitar tahun 2009. Tak ayal RIM sempat ketar-ketir lantaran saat itu mereka tengah meneguk manisnya penjualan handset dan layanan di Indonesia
Setelah ditekan terus-menerus akhirnya RIM pun sepakat membangun Authorized Repair Facility. Lagi-lagi, RIM berulah karena mengulur-ulur janjinya. Tenggat waktu yang diberikan pemerintah terhadap RIM untuk membangun service center pada 21 Agustus 2009 tak diselesaikan tepat waktu.
Apa yang dilakukan RIM mencerminkan kurangnya komitmen vendor tersebut dalam memuaskan dan mengakomodasi kebutuhan pelanggannya di Indonesia. Dengan tidak adanya service center, banyak pelanggan yang kecewa dan merasa jengkel. Pasalnya, unutk kerusakan tertentu pada perangkat, handet harus dibawa ke service center di luar Indonesia.
Masalah lain kembali mendera RIM yang memang terlihat kurang kooperatif dan harus selalu dipaksa. Berbagai tekanan pun muncul, mulai dari tuntutan membuka kantor perwakilan di Indonesia, pembangunan server dan permintaan buka akses, hingga filtering konten pornografi pada layanan RIM.
Pada akhirnya, beberapa tindakan seperti membuka kantor perwakilan dan memblokir konten pornografi dilakukan RIM. Tapi bukti keseriusan RIM di tanah air kembali meluntur. Menyoal desakan pemerintah untuk membuka data center atau server di Indonesia, pihak RIM masih bungkam.
Pada Januari 2011, kala itu Gregory Wade, Managing Director South Asia RIM mengaku kalau memang hukum di Indonesia mengatur demikian, pihak RIM akan mengikuti. Namun, sampai sekarang pihak RIM belum merealisasikannya. Praktis, sudah cukup lama masalah tersebut terkatung-katung.
Dan masalah paling baru yang cukup membuat kecewa pemerintah dan pengguna Blackberry di Indonesia adalah pembangunan pabrik barunya. Apa ygn dilakukan RIM sangat mengecewakan, dimana vendor tersebut akhirnya meresmikan pabriknya di Penang, Malaysia.
Tak sedikit pihak yang mempertanyakan kebijakan tersebut sekaligus menyayangkan langkah RIM. Padahal jumlah pengguna Blackberry di negeri ini disinyalir lebih banyak dari Malaysia.
Jika bicara soal mengguritanya jumlah pengguna serta laba yang besar masuk kantong, taka da salahnya RIM membangun pabrik di tanah air. Ada keuntungan tambahan yang bisa diperoleh, yakni konstribusi terhadap pendapatan Negara dan tarif Blackberry bisa turun.
Tak perlu bicara soal pembangunan pabrik, ada hal lain yang masih terasa alot dan sulit dipenuhi RIM dengan berbagai alasan, yakni pendirian data server di Indonesia. BRTI bahkan harus menagih janji pembanguna server yang masih belum jelas realisasinya.
Tak heran, BRTI pun kini tengah membuat agenda pemanggilang produsen Blacberry tersebut untuk menagih janji server. Lebih dari itu, BRTI sendiri sebenarnya kecewa lantaran RIM lebih memilih Malaysia ketimbang Indonesia sebagai pusat produksi Blackberry untuk kawasan Asia.
Bahkan operator seluler pun cukup kompak menyikapi langkah yang dilakukan RIM. Para penyelenggara telekomunikasi mendesak Kementrian Kominfo dan BRTI untuk meminta RIM membangun server dan menyediakan monitoring tools, service level agreement, dan technical expert.

Ada 5 poin permintaan dari pihak operator kepada RIM melalui Kominfo:
1.       Agar membangun server di Indonesia dengan tujuan untuk melokalisir trafik data domestik di Indonesia, sehingga terjadi penurunan latency, dan terjadi penghematan biaya yang jauh lebih murah.
2.       Untuk menyediakan monitoring tools untuk memantau kinerja RIM, dengan tujuan untuk meminimalisasi keluhan pelanggan jika ada masalah krusial tanpa harus tergantung RIM.
3.       Untuk menyusun service level agreement yang transparan untuk mengevaluasi kinerja RIM sehingga jelas standar kualitas layanannya.
4.       Meningkatkan kinerja terminal handset sehingga delingkapi fitur-fitur tertentu.
5.       Dan yang lebih penting adalah, meminta RIM menyediakan ahli di bidang khusus(technical expert) resmi RIM di Indonesia untuk mengatasi troubleshooting.

RIM sepertinya harus bertindak lebih bijaksana jika masih ingin bertahan di tanah air. Berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi harus segera disikapi dengan baik. Dan yang lebih penting, pengguna Blackberry di tanah air yang memberikan konstribusi besar terhadap pendapatan mereka pun sama-sama diuntungkan.

0 komentar

Posting Komentar